Senin, 01 Juni 2009

Model Pengembangan Kurikulum

Minggu, 2008 November 09

apadefinisinya.blogspot.com/

MODEL RALPH TYLER

Menentukan Tujuan Pendidikan

Menentukan Proses Pembelajaran

Menentukan Organisasi Kurikulum

Menentukan Evaluasi Pembelajaran

MODEL ADMINISTRATIVE

Sering disebut Top Down atau Line staff procedure

Membuat keputusan atau kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum

Kurikulum ini tidak mengacu pada perubahan kebutuhan masyarakat, tetapi cenderung memenuhi pola pikir pihak atasan (birolrat) dalam pendidikan.
Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak digunakan. Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, membentuk suatu Komisi atau Tim Pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya, terdiri dari pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya administrator membentuk Tim Kerja terdiri dari para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru-guru senior, yang bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional menjabarkan konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh Tim pengarah, seperti merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih sekuens materi, memilih strategi pembelajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru-guru. Setelah Tim Kerja selesai melaksanakan tugasnya, hasilnya dikaji ulang oleh Tim Pengarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat yang kompeten.

Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena datangnya dari atas, maka model ini disebut juga model Top – Down. Dalam pelaksanaannya, diperlukan monitoring, pengawasan dan bimbingan. Setelah berjalan beberapa saat perlu dilakukan evaluasi.

MODEL GRASS ROOT

Bersifat demokratis

Guru harus memiliki kemampuan yang profesional

Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum

Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi
Muncul konsensus tujuan, prinsip-prinsip maupun rencana-rencana diantara para guru.
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi memungkinkan pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.

MODEL MILLER – SELLER

Klarifikasi Orientasi Kurikulum

Pengembangan Tujuan

Identifikasi Model Mengajar

Implementasi

MODEL TABA'S (INVERTED MODEL)

Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru

Menguji unit eksperimen

Mengadakan revisi dan konsolidasi

Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (Developing a framework)

Implementasi dan Desiminasi

Sumber :
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran.2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Dan Sumber Lainya yang mendukung kelengkapan dalam postingan ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar