Tadinya saya mau membuat artikel ini dengan judul “Kemunduran IPTEK Sekolah”. Tetapi mengingat banyak juga tuh yang maju, saya ganti saja menjadi keterbatasan kurikulum iptek sekolah di Indonesia. Dan tadinya juga mau pakai bahasa yang sopan dan terstruktur, tetapi karena bahasannya tidak perlu juga, kita ambil santai lah.
Bagaimana tidak? Sekarang kita ngomong di seputar sekolah saya dulu, di bawah Yayasan BPK PENABUR. Ketika saya duduk di bangku SD, di pelajaran komputer, yang saya pelajari adalah: Fanta Vision (Program animasi DOS), LogoWriter (program gak jelas di DOS), Paint. Tentu saja masih ada lagi. Untuk apa belajar kedua program pertama? Toh tidak dipakai? Paint, mengapa baru kelas 3SD (CMIIW)? Mengapa tidak mulai dari TK (Taman Kanak-Kanak), usia di mana anak-anak mulai dapat berkreasi?
Sekarang saya sudah SMP, mau masuk SMA. Pelajaran saya di kelas 7? Dasar-dasar pengoperasian Windows! Sudah pernah di SD, meskipun harusnya dari TK. Lalu di kelas 9 juga kita mengulangi dasar-dasar pengoperasian sistem operasi, bedanya sekarang kita belajar dengan Mandriva Linux (Jadi ingat, ketika IHSC 2008, pembicara Irvan berkata begini: “Linux pada dasarnya jelek. Tetapi Windows, lebih jelek lagi.” Diikuti tawa seluruh peserta karena setuju). Memang ada apa sih? Harus belajar lagi dasar-dasarnya. Kita kan sudah belajar mengoperasikan Windows. Sekarang Linux sudah punya GUI. Apalagi Mandrake memakai KDE, yang (katanya) GUI yang paling user-friendly.
Kelas 7 kita berputar seputar Microsoft Word, Excel, dan Powerpoint. Bukankah harusnya ini sejak SD saja? SD memang diajarkan memakai Word, tapi dasar saja. Dan Photoshop. Boleh lah SMP baru diajarkan. Dan di kelas 9, saya baca modulnya ada diajarkan memakai OpenOffice.org. Untuk apa pula?
Kelas 8 saya diajarkan HTML. Boleh lah baru kelas 8. Tetapi, guru-guru saya mengajarkan HTML yang tidak standar. Misalnya, tanpa DOCTYPE, huruf besar untuk tags. Dan mengajarkan tags dan attributes yang sudah tidak standar lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar