''Dan yang penting lagi, nilai rapor ditentukan oleh sistem evaluasi yang dipilih oleh sekolah yang bersangkutan,'' kata Dr Ahmad Sopyan MPd, dosen pasca sarjana Unnes dalam Seminar Pembelajaran Fisika yang Inovatif di kampus IKIP PGRI, kemarin.
Seminar dibuka rektor IKIP PGRI Drs Sulistiyo MPd dan dihadiri Dekan FIP Matematika Drs Djoko Purnomo dan ketua jurusan Fisika Drs Harto Nuroso. Puluhan guru Fisika dan mahasiswa mengikuti seminar ini yang juga dihadiri tim MGMP IPA-Fisika Kota Semarang yang diwakili Drs Bambang Rubiyanto.
Menurut Ahmad Sopyan, dengan tidak adanya evaluasi yang sifatnya terpusat, para guru tidak perlu khawatir adanya materi yang belum diajarkan. Kebebasan dan kreatifitas guru dalam pembelajaran fisika akan berkembang dan pelaksanaan pendekatan proses dapat diberi porsi yang besar. Karena supervisi bukan lagi masalah administrasi, melainkan pada teknik pembelajaran.
''Bukan masalah apakah guru membuat satuan pelajaran atau tidak, melainkan masalah persiapannya mengacu pada pelaksanaan keterampilan proses atau tidak, lebih penting dari persiapannya adalah pelaksanaannya,'' paparnya.
Rektor Drs Sulistiyo MPd sebelumnya mengatakan, pengembangan Fisika akan bisa memunculkan orang-orang brilian. Maka proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif akan mampu melahirkan orang-orang berprestasi.
Ia menyebut, guru pendidikan Fisika hingga kini masih cukup kurang banyak. Bahkan saat kali pertama program pendidikan ini dibuka nyaris kurang peminatnya. Namun kini jumlah mahasiswanya kian banyak.
''Hal ini bisa terjadi karena IKIP PGRI tiap tahun berusaha melakukan pengadaan baru, seperti tahun ini ada program studi Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK) dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dan rencananya, tahun depan membuka program magister.
''Ini bukan latah tapi S2 yang punya potensi dan kemauan untuk meningkatkan mutu pendidikan,'' katanya.(E1-76)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar