Senin, 01 Juni 2009

Menggagas Pembelajaran Aktif


Pembelajaran Sebelum masuk pada permasalahan seputar pembelajaran aktif, alangkah baiknya kita menyatukan persepsi terlebih dahulu mengenai makna pembelajaran. Masih banyaknya pandangan yang menganggap sama makna belajar dan pembelajaran, menuntut perlu dilakukanya upaya pendefinisian istilah pembelajaran. Karena, boleh jadi, ada beragam pula makna pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran didefinisikan dengan berbagai ragam pengertian (polisemi). Dalam tulisan ini, meminjam definisi Jerrold E. Kemp (1977), pembelajaran dimaknai sebagai suatu proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen. Diperoleh melalui berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan tindakan (doing). Jadi, pembelajaran seharusnya mengubah individu dari tidak tahu menjadi tahu; dari tidak tanggap menjadi tanggap; dan dari tidak mampu menjadi mampu. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam proses

pembelajaran, harus terjadi perubahan yang signifikan mencakup domain kognitif, psikomotor dan afektif. Atau dengan kata lain aktifitas pembelajaran yang baik, setidaknya pada akhir proses pembelajarannya mencapai salah satu dari ketiga domain tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya, dalam setiap perumusan sasaran pembelajaran dan setiap kali pengajar melakukan evaluasi hasil pembelajaran, haruslah memperhatikan ketiga ranah kunci itu.

Ketiga ranah sasaran pembelajaran tersebut di atas atau yang juga dikenal dengan istilah taksonomi proses intelektual seharusnya tercermin dalam setiap sasaran pembelajaran. Sehingga pada akhir proses pembelajaran, penilaian keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berpatokan pada degree atau derajat kemampuan yang telah ditetapkan dalam sasaran pembelajaran. Istilah derajat kemampuan ini akan dibahas lebih lanjut dalam bagian mengenai sasaran pembelajaran.

Benjamin S. Bloom dan rekan-rekannya (1956), sebagaimana dikutip Kemp (1977), mengembangkan sebuah taksonomi yang digunakan untuk mengkategori sasaran pembelajaran berdasarkan ketiga ranah itu. Taksonomi ini mengindikasikan tingkat pengetahuan yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran. Misalnya dalam ranah kognitif terdapat enam tingkat kegiatan mental yang dapat menjadi acuan penyusunan sasaran pembelajaran, mulai dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, sampai pada evaluasi.

Efektifitas pembelajaran tentu saja tidak hanya termaknai pada kalimat yang dituliskan pada sasaran pembelajarannya saja. Ada segenap faktor yang juga turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Minat dan kemampuan intelektual peserta ajar di satu sisi sangat mendukung keberhasilan. Seorang mahasiswa yang memiliki minat pada bidang tertentu, sudah dapat dipastikan akan mempunyai motivasi lebih tinggi untuk menguasai bidang yang diminatinya. “Kerja keras” tentu menjadi bagian dalam proses penguasaan bidangnya tersebut. Sementara, mahasiswa yang tidak mempunyai minat terhadap satu bidang, akan tetapi adanya keharusan untuk menguasainya, tentu yang ada hanyalah “kerja paksa” menjadi bagian dalam proses penguasaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar