Senin, 01 Juni 2009

Membimbing Siswa Membaca Cerdas dengan Taksonomi Barrett

Drs. Supriyono, A.Md, MEd

Ketua Yayasan Pendidikan Jayawijaya

awidyarso65.files.wordpress.com

Sudah kita kenal dikalangan Pendidikan bahwa pada bulan Oktober dan November

sekolah-sekolah mengadakan bulan Bahasa. Bulan Bahasa biasanya dilaksanakan pada

momen hari Sumpah Pemuda dan secara berkesinambungan dengan momen hari

Pahlawan. Dalam peringatan kedua hari besar ini, biasanya sekolah mengadakan lombalomba

yang berhubungan dengan ketrampilan bahasa seperti mengarang, berpuisi,

membuat karya tulis, dll. Perlombaan-perlombaan tersebut diarahkan untuk memaknai

semangat persatuan, kesatuan, kebinekaan, dan kepahlawanan dalam merajut satu nusa,

satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia.

Satu hal yang sering kurang kita sentuh dalam mengembangkan manusia Indonesia yang

cerdas adalah peningkatan kemampuan atau ketrampilan membaca. Walaupun minat baca

anak-anak kita terkesan telah meningkat, kita perlu mempertanyakan apakah peningkatan

minat baca tersebut disertai dengan kualitas ketrampilan membaca yang dapat

menstimulasi kemampuan berpikir dan meningkatkan kecerdasan anak-anak. Kita

berharap bahwa minat baca anak-anak ini dapat mendorong mereka untuk

mengembangkan kecerdasan mereka. Untuk itu kita perlu mengarahkan anak-anak untuk

membaca cerdas. Salah satu metode pengembangan ketrampilan membaca pemahaman

yang menumbuhkan kemampuan membaca cerdas, menurut hemat penulis, adalah

metode pembelajaran membaca pemahaman dengan Taksonomi Barrett.

Tulisan ini mengajak pembaca untuk memikirkan upaya peningkatan ketrampilan

membaca cerdas dengan menggunakan Taksonomi Barrett.

Taksonomi Barrett

Taksonomi Barrett adalah taksonomi membaca yang mengandung dimensi kognitif dan

afektif yang dikembangkan oleh Thomas C. Barrett pada tahun 1968. Taksonomi ini

dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan membaca pemahaman dan

meningkatkan kecerdasan siswa, sebagaimana penulis nyatakan di atas dengan istilah

membaca cerdas. Taksonomi ini memiliki 5 kategori yang terdiri dari: (1) Pemahaman

literal, (2) Reorganisasi, (3) Pemahaman inferensial, (4) Evaluasi, dan (5) Apresiasi. Ke

lima kategori ini dapat membantu anak-anak kita untuk memahami, berpikir, dan

berinteraksi dengan wacana atau bacaan mulai dari makna tersurat sampai kepada

interpretasi dan reaksi terhadap pesan informasi dalam wacana/bacaan tersebut. Untuk

dapat kita pahami dengan mudah berikut ini penulis memaparkan secara mudah sesuai

dengan pengalaman penulis.

Drs. Supriyono, A.Md, MEd

Ketua Yayasan Pendidikan Jayawijaya

2

Tidak jarang dalam pelajaran membaca anak-anak kita minta untuk membaca keras

dan/atau membaca sunyi kemudian kita tanya tentang isi bacaan atau kita minta untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan tertulis. Fokus dari pertanyaan itu adalah lebih kepada

apa informasi dan isi bacaan, bukan pada ketrampilan memahami bacaan. Taksonomi

Barrett lebih mengembangkan ketrampilan memahami bacaan dan secara langsung

meliputi pemahaman tentang informasi dan isi bacaan. Taksonomi ini juga dapat

dipadukan dengan konsep Advance Organizer (David Ausuble) dengan cara melakukan

kegiatan yang dapat menghubungkan pengamalam atau pengetahuan siswa sebelumnya

dengan informasi yang akan ditelaah dalam bacaan atau wacana. Langkah pertama untuk

melakukan ini adalah mengajak anak-anak untuk bercurah pendapat tentang sebuah judul

atau tema dari informasi yang akan ditelaah. Kemudian semua pendapat anak-anak kita,

kita tuliskan di kertas atau papan dan didiskusikan secara cepat. Kemudian kita minta

anak-anak untuk membaca sunyi dengan waktu yang cukup. Setelah itu kita fasilitasi

untuk mengerjakan tugas baik sendiri atau berkelompok dengan pendekatan Taksonomi

Barrett.

Pemahaman Literal

Pada tahap ini, fokus kita adalah membantu anak-anak terampil memahami ide atau

informasi yang dengan jelas tersurat di dalam bacaan/wacana. Kita dapat

mengembangkan ketrampilan pemahaman pada tingkat ini dari tugas-tugas atau

pertanyaan-pertanyaan yang mudah sampai yang kompleks. Tugas-tugas atau pertanyaanpertanyaan

yang mudah dapat berupa tugas atau pertanyaan untuk mengenal dan

mengingat fakta atau kejadian tunggal, sedangkan yang lebih kompleks berupa tugas

atau pertanyaan untuk mengenal dan mengingat serentetan fakta atau kejadian

kronologis yang tersurat di dalam bacaan/wacana. Pemahaman literal dapat kita

kembangkan dengan cara memfasilitasi anak-anak untuk mengenali fakta dan kejadian

dengan: (1) mengidentifikasi fakta-fakta seperti nama-nama dan sifat-sifat pelaku, jenis

kejadian, tempat-tempat kejadian, waktu kejadian, dan penyebab kejadian (Recognition

of details), (2) mengidentifikasi pernyataan tersurat atau eksplisit pada bacaan/wacana

yang merupakan ide utama dari bacaan/wacana tersebut dalam kata lain menemukan ide

utama dari bacaan/wacana (Recognition of main ideas), (3) mengidentifikasi dan

mengurutkan kronologi kejadian atau tindakan yang dinayatakan secara tersurat dalam

bacaan/wacana (Recognition of a Sequence), (4) mengidentifikasi atau menemukan

kemiripan dan perbedaan sifat pelaku, waktu, dan tempat yang secara tersurat dinyatakan

dalam bacaan/wacana (Recognition of Comparison), (5) mengidentifikasi atau

menemukan alasan atau sebab dari kejadian atau tindakan yang dinyatakan secara tersurat

di dalam bacaan/wacana (Recognition of Cause and Effect Relationships), dan (6)

menemukan pernyataan yang tersurat yang membantu kita mengenali sifat atau tipe

pelaku yang diceritakan di dalam bacaan/wacana tersebut (Recognition of Character

Traits).

Pemahaman literal juga dapat kita kembangkan dengan cara memfasilitasi anak-anak

untuk mengingat fakta dan kejadian dengan: menyampaikan apa yang diingat tentang: (1)

fakta dan kejadian baik pelaku, waktu, dan tempat (Recall of Details), (2) ide utama yang

tersurat dari sebuah paragrap atau sebagian besar bacaan/wacana (Recall of Main Ideas),

(3) urutan kronologi kejadian atau tindakan yang tersurat di dalam bacaan/wacana

3

(Recall of a Sequence), (4) kemiripan dan perbedaan sifat pelaku, waktu, dan tempat yang

secara tersurat dinyatakan dalam bacaan/wacana (Recall of Comparison), (5) alasan atau

sebab dari kejadian atau tindakan yang dinyatakan secara tersurat di dalam

bacaan/wacana (Recall of Cause and Effect Relationships), dan (6) pernyataan yang

tersurat yang membantu kita mengenali sifat atau tipe pelaku yang diceritakan di dalam

bacaan/wacana tersebut (Recall of Character Traits).

Reorganization

Pada tahap ini, fokus kita adalah membantu anak-anak kita untuk mampu melakukan

analisis, sintesis, dan/atau menyusun ide atau informasi yang secara tersurat dinyatakan

di dalam bacaan/wacana. Untuk menyampaikan pemahaman mengenai makna

bacaan/wacana, anak-anak dapat kita arahkan untuk melakukan parafrase ulang atau

menterjemahkan pernyataan pengarang. Tugas-tugas yang dapat kita berikan untuk

meningkatakan kemampuan pemahaman anak-anak dalam tahap ini adalah mengarahkan

anak-anak untuk: (1) mengkategorikan atau mengklasifikasikan pelaku/karakter, bendabenda/

sesuatu, tempat, dan/atau kejadian (Classifying), (2) menyusun informasi dalam

bentuk outline dengan menggunakan pernyataan-pernyataan langsung atau pernyataanpernyataan

yang diparafrase (Outlining), (3) meringkas bacaan/wacana dengan

menggunakan pernyataan langsung atau parafrase dari isi bacaan/wacana (Summarizing),

dan (4) mengkonsolidasi ide atau informasi tersurat dari berbagai sumber (Synthesizing).

Pemahaman Inferensial

Pada tahap ini, fokus kita adalah membantu anak-anak kita untuk mampu membuat

kesimpulan lebih dari pada pemahaman makna tersurat dengan proses berpikir baik

divergen dan konfergen dengan menggunakan intuisi dan imaginasi anak. Tugas-tugas

yang dapat kita berikan untuk meningkatakan kemampuan pemahaman anak-anak dalam

tahap ini adalah mengarahkan anak-anak untuk: (1) menghubungkan fakta-fakta

tambahan yang mungkin dipaparkan oleh penulis bacaan/wacana yang biasanya

digunakan untuk membuat bacaan/wacana lebih informatif, menarik, atau menyenangkan

(Inferring Supporting Details), (2) memaparkan ide utama, siknifikansi umum, tema, atau

moral yang tidak secara tersurat disebutkan di dalam bacaan/wacana (Inferring Main

Ideas), (3) menghubungkan tindakan atau kejadian yang mungkin terjadi dalam dua

kejadian atau tindakan yang tersurat di dalam bacaan/wacana atau membuat hipotesa

tentang apa yang akan mungkin terjadi kemudian jika kejadian atau informasi itu tidak

menyebutkan akhir masalah (Inferring Sequence), (4) menyimpulkan kemiripan dan

perbedaan pelaku/karakter, sifat-sifat, waktu, atau tempat (Inferring Comparisons), (5)

melakukan hipotesa tentang motivasi, latar belakang dari pelaku/karakter dan

hubungannya dengan waktu dan tempat kejadian dan menghubungkan apa motivasi

penulis bacaan/wacana untuk memasukan ide, kata-kata, karakterisasi, fakta-fakta, dan

tindakan atau kejadian di dalam bacaan/wacana yang ia tulis (Inferring Cause and Effect

Relationships), (6) melakukan hipotesa tentang sifat-sifat pelaku, kejadian, atau tindakan

berdasarkan petunjuk yang ditemukan di dalam bacaan/wacana (Inferring Character

Traits), (7) memperkirakan hasil akhir atau misi utama dari bacaan/wacana atau akhir

dari cerita dalam bacaan/wacana (Predicting Outcomes), (8) menyimpulkan makna literal

dari bahasa-bahasa kias yang dipakai oleh penulis bacaan/wacana (Interpreting

Figurative Language).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar