Drs. Supriyono, A.Md, MEd
Ketua Yayasan Pendidikan Jayawijaya
awidyarso65.files.wordpress.com
Sudah kita kenal dikalangan Pendidikan bahwa pada bulan Oktober dan November
sekolah-sekolah mengadakan bulan Bahasa. Bulan Bahasa biasanya dilaksanakan pada
momen hari Sumpah Pemuda dan secara berkesinambungan dengan momen hari
Pahlawan. Dalam peringatan kedua hari besar ini, biasanya sekolah mengadakan lombalomba
yang berhubungan dengan ketrampilan bahasa seperti mengarang, berpuisi,
membuat karya tulis, dll. Perlombaan-perlombaan tersebut diarahkan untuk memaknai
semangat persatuan, kesatuan, kebinekaan, dan kepahlawanan dalam merajut satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia.
Satu hal yang sering kurang kita sentuh dalam mengembangkan manusia Indonesia yang
cerdas adalah peningkatan kemampuan atau ketrampilan membaca. Walaupun minat baca
anak-anak kita terkesan telah meningkat, kita perlu mempertanyakan apakah peningkatan
minat baca tersebut disertai dengan kualitas ketrampilan membaca yang dapat
menstimulasi kemampuan berpikir dan meningkatkan kecerdasan anak-anak. Kita
berharap bahwa minat baca anak-anak ini dapat mendorong mereka untuk
mengembangkan kecerdasan mereka. Untuk itu kita perlu mengarahkan anak-anak untuk
membaca cerdas. Salah satu metode pengembangan ketrampilan membaca pemahaman
yang menumbuhkan kemampuan membaca cerdas, menurut hemat penulis, adalah
metode pembelajaran membaca pemahaman dengan Taksonomi Barrett.
Tulisan ini mengajak pembaca untuk memikirkan upaya peningkatan ketrampilan
membaca cerdas dengan menggunakan Taksonomi Barrett.
Taksonomi Barrett
Taksonomi Barrett adalah taksonomi membaca yang mengandung dimensi kognitif dan
afektif yang dikembangkan oleh Thomas C. Barrett pada tahun 1968. Taksonomi ini
dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan membaca pemahaman dan
meningkatkan kecerdasan siswa, sebagaimana penulis nyatakan di atas dengan istilah
membaca cerdas. Taksonomi ini memiliki 5 kategori yang terdiri dari: (1) Pemahaman
literal, (2) Reorganisasi, (3) Pemahaman inferensial, (4) Evaluasi, dan (5) Apresiasi. Ke
lima kategori ini dapat membantu anak-anak kita untuk memahami, berpikir, dan
berinteraksi dengan wacana atau bacaan mulai dari makna tersurat sampai kepada
interpretasi dan reaksi terhadap pesan informasi dalam wacana/bacaan tersebut. Untuk
dapat kita pahami dengan mudah berikut ini penulis memaparkan secara mudah sesuai
dengan pengalaman penulis.
Drs. Supriyono, A.Md, MEd
Ketua Yayasan Pendidikan Jayawijaya
2
Tidak jarang dalam pelajaran membaca anak-anak kita minta untuk membaca keras
dan/atau membaca sunyi kemudian kita tanya tentang isi bacaan atau kita minta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tertulis. Fokus dari pertanyaan itu adalah lebih kepada
apa informasi dan isi bacaan, bukan pada ketrampilan memahami bacaan. Taksonomi
Barrett lebih mengembangkan ketrampilan memahami bacaan dan secara langsung
meliputi pemahaman tentang informasi dan isi bacaan. Taksonomi ini juga dapat
dipadukan dengan konsep Advance Organizer (David Ausuble) dengan cara melakukan
kegiatan yang dapat menghubungkan pengamalam atau pengetahuan siswa sebelumnya
dengan informasi yang akan ditelaah dalam bacaan atau wacana. Langkah pertama untuk
melakukan ini adalah mengajak anak-anak untuk bercurah pendapat tentang sebuah judul
atau tema dari informasi yang akan ditelaah. Kemudian semua pendapat anak-anak kita,
kita tuliskan di kertas atau papan dan didiskusikan secara cepat. Kemudian kita minta
anak-anak untuk membaca sunyi dengan waktu yang cukup. Setelah itu kita fasilitasi
untuk mengerjakan tugas baik sendiri atau berkelompok dengan pendekatan Taksonomi
Barrett.
Pemahaman Literal
Pada tahap ini, fokus kita adalah membantu anak-anak terampil memahami ide atau
informasi yang dengan jelas tersurat di dalam bacaan/wacana. Kita dapat
mengembangkan ketrampilan pemahaman pada tingkat ini dari tugas-tugas atau
pertanyaan-pertanyaan yang mudah sampai yang kompleks. Tugas-tugas atau pertanyaanpertanyaan
yang mudah dapat berupa tugas atau pertanyaan untuk mengenal dan
mengingat fakta atau kejadian tunggal, sedangkan yang lebih kompleks berupa tugas
atau pertanyaan untuk mengenal dan mengingat serentetan fakta atau kejadian
kronologis yang tersurat di dalam bacaan/wacana. Pemahaman literal dapat kita
kembangkan dengan cara memfasilitasi anak-anak untuk mengenali fakta dan kejadian
dengan: (1) mengidentifikasi fakta-fakta seperti nama-nama dan sifat-sifat pelaku, jenis
kejadian, tempat-tempat kejadian, waktu kejadian, dan penyebab kejadian (Recognition
of details), (2) mengidentifikasi pernyataan tersurat atau eksplisit pada bacaan/wacana
yang merupakan ide utama dari bacaan/wacana tersebut dalam kata lain menemukan ide
utama dari bacaan/wacana (Recognition of main ideas), (3) mengidentifikasi dan
mengurutkan kronologi kejadian atau tindakan yang dinayatakan secara tersurat dalam
bacaan/wacana (Recognition of a Sequence), (4) mengidentifikasi atau menemukan
kemiripan dan perbedaan sifat pelaku, waktu, dan tempat yang secara tersurat dinyatakan
dalam bacaan/wacana (Recognition of Comparison), (5) mengidentifikasi atau
menemukan alasan atau sebab dari kejadian atau tindakan yang dinyatakan secara tersurat
di dalam bacaan/wacana (Recognition of Cause and Effect Relationships), dan (6)
menemukan pernyataan yang tersurat yang membantu kita mengenali sifat atau tipe
pelaku yang diceritakan di dalam bacaan/wacana tersebut (Recognition of Character
Traits).
Pemahaman literal juga dapat kita kembangkan dengan cara memfasilitasi anak-anak
untuk mengingat fakta dan kejadian dengan: menyampaikan apa yang diingat tentang: (1)
fakta dan kejadian baik pelaku, waktu, dan tempat (Recall of Details), (2) ide utama yang
tersurat dari sebuah paragrap atau sebagian besar bacaan/wacana (Recall of Main Ideas),
(3) urutan kronologi kejadian atau tindakan yang tersurat di dalam bacaan/wacana
3
(Recall of a Sequence), (4) kemiripan dan perbedaan sifat pelaku, waktu, dan tempat yang
secara tersurat dinyatakan dalam bacaan/wacana (Recall of Comparison), (5) alasan atau
sebab dari kejadian atau tindakan yang dinyatakan secara tersurat di dalam
bacaan/wacana (Recall of Cause and Effect Relationships), dan (6) pernyataan yang
tersurat yang membantu kita mengenali sifat atau tipe pelaku yang diceritakan di dalam
bacaan/wacana tersebut (Recall of Character Traits).
Reorganization
Pada tahap ini, fokus kita adalah membantu anak-anak kita untuk mampu melakukan
analisis, sintesis, dan/atau menyusun ide atau informasi yang secara tersurat dinyatakan
di dalam bacaan/wacana. Untuk menyampaikan pemahaman mengenai makna
bacaan/wacana, anak-anak dapat kita arahkan untuk melakukan parafrase ulang atau
menterjemahkan pernyataan pengarang. Tugas-tugas yang dapat kita berikan untuk
meningkatakan kemampuan pemahaman anak-anak dalam tahap ini adalah mengarahkan
anak-anak untuk: (1) mengkategorikan atau mengklasifikasikan pelaku/karakter, bendabenda/
sesuatu, tempat, dan/atau kejadian (Classifying), (2) menyusun informasi dalam
bentuk outline dengan menggunakan pernyataan-pernyataan langsung atau pernyataanpernyataan
yang diparafrase (Outlining), (3) meringkas bacaan/wacana dengan
menggunakan pernyataan langsung atau parafrase dari isi bacaan/wacana (Summarizing),
dan (4) mengkonsolidasi ide atau informasi tersurat dari berbagai sumber (Synthesizing).
Pemahaman Inferensial
Pada tahap ini, fokus kita adalah membantu anak-anak kita untuk mampu membuat
kesimpulan lebih dari pada pemahaman makna tersurat dengan proses berpikir baik
divergen dan konfergen dengan menggunakan intuisi dan imaginasi anak. Tugas-tugas
yang dapat kita berikan untuk meningkatakan kemampuan pemahaman anak-anak dalam
tahap ini adalah mengarahkan anak-anak untuk: (1) menghubungkan fakta-fakta
tambahan yang mungkin dipaparkan oleh penulis bacaan/wacana yang biasanya
digunakan untuk membuat bacaan/wacana lebih informatif, menarik, atau menyenangkan
(Inferring Supporting Details), (2) memaparkan ide utama, siknifikansi umum, tema, atau
moral yang tidak secara tersurat disebutkan di dalam bacaan/wacana (Inferring Main
Ideas), (3) menghubungkan tindakan atau kejadian yang mungkin terjadi dalam dua
kejadian atau tindakan yang tersurat di dalam bacaan/wacana atau membuat hipotesa
tentang apa yang akan mungkin terjadi kemudian jika kejadian atau informasi itu tidak
menyebutkan akhir masalah (Inferring Sequence), (4) menyimpulkan kemiripan dan
perbedaan pelaku/karakter, sifat-sifat, waktu, atau tempat (Inferring Comparisons), (5)
melakukan hipotesa tentang motivasi, latar belakang dari pelaku/karakter dan
hubungannya dengan waktu dan tempat kejadian dan menghubungkan apa motivasi
penulis bacaan/wacana untuk memasukan ide, kata-kata, karakterisasi, fakta-fakta, dan
tindakan atau kejadian di dalam bacaan/wacana yang ia tulis (Inferring Cause and Effect
Relationships), (6) melakukan hipotesa tentang sifat-sifat pelaku, kejadian, atau tindakan
berdasarkan petunjuk yang ditemukan di dalam bacaan/wacana (Inferring Character
Traits), (7) memperkirakan hasil akhir atau misi utama dari bacaan/wacana atau akhir
dari cerita dalam bacaan/wacana (Predicting Outcomes), (8) menyimpulkan makna literal
dari bahasa-bahasa kias yang dipakai oleh penulis bacaan/wacana (Interpreting
Figurative Language).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar