SEMARANG (Joglosemar): Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menargetkan untuk menyelesaikan perbaikan terhadap sekolah rusak pada tahun 2008. Perbaikan ini, dialokasikan dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA).
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng mendapat DIPA APBN 2008 sebesar Rp 2.675.777.194.000 dan Rp 250 miliar dari APBD Jateng 2008. Dana ini, menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng Kunto Nugroho Hari Putranto, akan digunakan untuk pemberantasan buta aksara, mendukung program wajib belajar pendidikan dasar, menyelesaikan rehabilitasi sarana prasarana pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan secara umum dan khusus untuk meningkatkan kualitas manajemen atau penyelenggaraan pendidikan sekolah kejuruan di Jateng.
”Kalau sekolah kejuruan bisa di-push (tekan) dengan proporsi 70:30, bertahap melalui 60:40, diharapkan output (lulusan) SMK akan bisa mengisi lowongan kerja, sehingga bisa mengurangi masalah pengangguran atau kemiskinan,” ungkap Kunto, Sabtu (5/1).
Selain peningkatan kualitas manajemen penyelenggaraan pendidikan sekolah kejuruan, prioritas berikutnya di tahun 2008 adalah menyelesaikan perbaikan sarana dan prasarana sekolah.
Kunto menyatakan, perbaikan terhadap sekitar 24.000 sekolah, baik yang rusak ringan, sedang dan berat ditargetkan bisa diselesaikan di tahun 2008. Upaya perbaikan ini, selain dialokasikan dari APBN, juga dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota. ”Recovery sharing budgeting, 50 persen dari APBN, 30 persen dari APBD provinsi dan 20, persen dari APBD kabupaten/kota,” jelasnya.
Buta Aksara
Dana untuk perbaikan ini, dari APBD provinsi sekitar Rp 100 miliar. Nantinya satu sekolah rusak mendapat dana sebesar Rp 40 juta.
Target selanjutnya adalah pemberantasan buta aksara. Kunto menyebutkan, 2,9 juta lebih masyarakat Jateng telah bebas dari buta aksara pada tahun 2005, atau peringkat kedua bebas aksara secara nasional. ”Pemberantasan buta aksara 100 persen jelas tidak mungkin, tetapi kita sudah mengarah ke sana,” jelasnya.
Ia menyatakan, penyandang buta aksara usia produktif sebanyak 480 ribu lebih di tahun 2007 telah tuntas. Sementara penyandang buta aksara untuk usia lanjut (44 tahun ke atas) masih berjumlah sekitar 1,6 juta orang. Namun, angka ini sudah diintervensi dan ditargetkan berkurang setengahnya pada tahun 2008.
”Secara keseluruhan, dari 2,9 juta masyarakat, sekarang tinggal 800-an. Kita sudah melampai target yang diharapkan oleh pemerintah,” tambahnya.
Pemerintah melalui visi Millenium Development Goals (MDGs) 2015 berkomitmen untuk melakukan pemberantasan terhadap buta aksara di Indonesia. (ena)
Minggu, 31 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar